Kamis, 09 Maret 2017

Merugi atau Beruntungkah Kita?

Source: Google.co.id "Hamba yang merugi"
Bismillah...
Seluruh manusia berada di dalam kerugian dan kebinasaan. Imam Syafi'i Rahimahullah berkata, "andaikan Allah hanya menurunkan surat ini (Al Ashr) kepada seluruh manusia, maka cukup untuk memberi peringatan.
Allah tidak pernah mengingkari janjinya, maka apalagi bila ALlah sudah bersumpah. Dalam hal ini Allah bersumpah dengan waktu;
1. Allah bersumpah pada waktu Ashar, karena Ashar adalah waktu paling afdhal.
2. Allah bersumpah pada waktu/masa, maka tidaklah Allah bersumpah pada sesuatu kecuali di sana ada penekanan pembelajaran untuk kita.
Maka, pertanyaannya, diisi dengan apa waktu-waktu kita selama ini?
Allah bersumpah demi waktu karena ia sangat penting, apabila kita banyak mengisinya dengan ketaatan, maka kita akan mendapati naungan dari Allah subhanahu wata'ala.

Lalu bagaimana agar kita tidak merugi?
1. Berimanlah
2. Beramal sholeh

Amal Sholeh ada 2 rukun
1. Ikhlash
2. Mutaba'ah (ittiba'urrasuul), Bila seseorang ikhlash beribadah, namun tidak sesuai dengan tuntunan nabi, maka tertolak.
3. Berdakwah (Nasehat-menasehati, bila umat Islam sudah meninggalkan nasehat-menasehati dalam perkara agama, maka tunggulah kebinasaan.
4. Benar dan sabar, nasehat yang benar belum tentu diterima, maka bersabarlah, karena sabar ada 3;
- Sabar dalam ketaatan
- Sabar dalam menjauhi kemaksiatan
- sabar dalam menghadapi takdir buruk

Semoga kita semua termasuk golongan yang beruntung mendapat naungan dari Allah subhanahu wata'ala di dunia maupun di akhirat.
~ Al Faqir Bang Malik

Sabtu, 21 Januari 2017

Problematika Dakwah "Penyakit Dakwah"

Dakwah adalah sikap yang melekat dalam diri setiap muslim, karena fitrah manusia tentunya ingin membawa manusia kepada kebaikan dan mencegahnya dari perbuatan mungkar. Ini berarti dakwah juga merupakan bagian dari jalan hidup manusia, bukan hidup namanya bila tidak ada problematika. Inilah problematikan dakwah yang coba Bang Malik paparkan, tentunya pesan ini khususnya buat BM juga;

1. Penyakit dakwah dalam Ma’nawiyah

- Muncul sifat dakwah yang reaktif, bersikap tanpa menyentuh subtansi, marah-marah nggak jelas, bahkan cenderung ada makian di dalamnya. AKSI menimbulkan REAKSI
- Muncul sifat yang bersifat figuritas atau istilahnya “kalau bukan Ustadz A, saya tidak mau percaya”, atau “Ahh Ustadznya bukan dari kelompok kami.”, dan banyak lagi.
- Muncul sifat yang mengatakan diri/kelompoknyalah yang terbaik (Ana Khayru Minhu), padahal sifat tersebut sudah jelas sifat setan.
- Muncul sikap yang suka meremehkan orang/kelompok lain.


2. Penyakit Dakwah dalam Amaliyah

- Dakwah yang bersifat sektoral, atau istilahnya hanya berkutat pada urusan Ukhrowiyah saja, atau muamalah saja, atau siyasah saja... ini bahaya bagi cita-cita bangkitnya umat Islam dan bersatunya umat Islam.
- Dakwah yang bersifat taqlidiyyah, atau tidak mau mendengar kebenaran/ilmu dari ulama di luar kelompoknya.
- Dakwah yang bersifat tambal sulam (moddy-an), hari ini semangat, besok enggak lagi, atau istilahnya “yang penting aku sudah dakwah”


Apakah solusi dari penyakit dakwah di atas? Umat musti bersatu, Toleransilah dalam perkara Khilafiyah Ijtihadiyah dan bersatulah dalam Aqidah (Ushulliyyah). Wallahul Musta’an

~Bang Malik~

Senin, 16 Januari 2017

Bersama Meraih Sukses Dunia dan Akhirat

Semua kita tentunya memiliki berbagai macam visi misi hidup di dunia ini, maka dalam Islam tidak ada visi dan misi hidup selain meraih kebaikan di dunia maupun akhirat, istilah kerennya adalah “Dunia Bahagia Akhirat Surga”. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Al Baqoroh ayat 201;
وَمِنۡهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ٢٠١
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"
Siapa yang tidak ingin bahagia di dunia? Tentu semuanya mengatakan “Saya ingin bahagia, karena saya berhak bahagia”. Namun bahagia bukan sembarang kebahagiaan karena kebahagian dalam Iman Islam adalah manakala kita mampu membawa diri kita untuk taat kepada pemiliknya, Allah Jalla Jalaaluh.
Ketika kita selama hidup dunia senantiasa menjaga ketaatan kepada Allah Jalla Jalaluh, maka percayalah kebahagian di akhirat itu pun akan kita dapatnya, karena sudah janji Allah Jalla Jalaaluh akan memberikan ketenangan dan kebahagiaan pada hamba-Nya yang senantiasa menjaga ketaatan dalam beribadah kepadanya, sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Al Quran surat Ar Ra’du ayat 28;

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.

                Berikut adalah tips untuk sama-sama kita melatih diri untuk menjadi pribadi yang bisa meraih kesuksesan Dunia Bahagia Akhirat Surga;

  1. Tenang, karena keyakinan kita kepada Allah Jalla Jalaaluh, jangan pernah berputus asa, karena bila sudah sejauh ini Allah Jalla Jalaaluh membawa kita, maka percaya dan yakinlah Allah Jalla Jalaaluh tidak akan pernah menelantarkan kita.
  2. Terencana, kita harus senantiasa terencana dalam melakukan segala sesuatu, tidak sebab dadakan dan terburu-buru, karena kalau sudah tidak terencana hal tersebut bisa merusak semuanya.
  3. Terampil, terampillah dalam bekerja tidak asal kerja, ciri orang terampil dalam bekerja adalah senantiasa berfikir terlebih dahulu sebalum mengerjakan sesuatu. Kalau kerja asal kerja, maka monyet pun bisa kerja.
  4. Tertib, dalam hidup kita harus senantiasa menjaga Haritsun ‘Alaa Waqtihi, tidak akan pernah bisa kita menyusun agenda dengan terencan dan dapat terampil bila kita tidak tertib dalam hal waktu, maka agar amalan yawmiyah kita tertib buatlah semacam Schedule Time jadwal kerja harian.
  5. Tekun, untuk meraih Dunia Bahagia Akhirat Surga tentunya kita harus tekun dalam beribadah, jangan pernah melalaikan perkara ibadah bila kita ingin memiliki kebahagiaan yang hakiki. Mari tekun dalam menjaga sholat kita, dhuha kita, tilawah kita, bahkan tekun kita menjalankan puasa sunnah senin kami dan ayyamul bidh (13,14,15 setiap bulan dalam kalender hijriyah).
  6. Istiqomah, apa kata Rasulullah Shollallahu ‘alayhi wassallama ketika ditanya apa yang harus dilakukan setelah beriman kepada Allah? Kemudian Rasulullah Shollallahu ‘Alayhi Wassallama menjawab “Fastaqimu” atau istiqomah. Hamba yang beriman tentunya ikhlash dalam melakukan amal sholeh, kemudian mereka akan berjuang untuk istiqomah menjalankan amal sholeh tersebut.
  7. Tegar/Sabar, sebagai hamba Allah yang beriman tentunya kita harus kuat dan tabah dari berbagai macam kejadian dalam hidup kita karena segala sesuatunya adalah ketentuan (milik) Allah Jalla Jalaaluh , sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al baqoroh ayat 156;
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun"

  1. Tawadhu’/Rendah hati, sebagai hamba Allah yang beriman tentunya kita menyadari bahwa di dunia ini tidak adalah lebih tinggi, lebih kuasa kecuali Allah Jalla Jalaaluh, sehingga dengan demikian sifat sombong tidak akan muncul di dalam hati kita, karena kesombongan adalah sarana paling efektif untuk menjatuhkan martabat kita.
KEJARLAH AKHIRAT, MAKA DUNIA AKAN MENGEJARMU, PENUHI KEBUTUHAN BEKAL AKHIRAT KITA, MAKA DUNIA AKAN IKUT MEMENUHI KEBUTUHAN DUNIA KITA.

Semoga Bermanfaat J

Alfaqir Ilallah Bang Malik

Ucapkan Subhanallah Saat Kita Merasa Takjub

Pertanyaan yang teru muncul saat saya mengisi sebuah forum baik itu diskui maupun halaqoh kecil yang saya bina, "Bang bener ya kalau lihat hal jelek kita sebut "Subhanallah" kalau liat yang indah "Masya Allah"

Jawaban: dua-duanya sama-sama kalimat thayyibah, silakan pakai mana yang nyaman di hati, namun saya pribadi menggunakan “Subhanallah” lebih sering ketika melihat ciptaan Allah yang indah, karena merujuk pada surat Ali Imran ayat 190-191
إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٠ ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ١٩١
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau (Subhanaka), maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Dr. Muhammad Ibn Ishaq berkata dalam kitabnya yang berjudul At-Tasbih fii Al Kitaab Was Sunnah:”Dalam ayat ini terdapat seruan kepada kaum muslimin untuk merenungi penciotaan dan bertasbih kepada Alah ketika takjub yang menandakan kebesaran dan keagungan Allah dan bahwasanya hanya Dialah illah yang berhak diibadahi dengan benar.”

Kemudian dalil yang dipakai dalam mengucapkan kata Subhanallah ketika melihat sesuatu yang indah takjub adalah surat Al Isra’ ayat 1:

سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِي بَٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنۡ ءَايَٰتِنَآۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ ١

1. Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.


Karena sebagian ulama berkata:”Ungkapan ‘Subhaana’ dalam ayat di atas adalah untuk ta’jub atau kagum saat melihat sesuatu yang indah. Jadi, tidak tepat bila kita menyalahkan orang yang mengucapkan kalimat “Subhanallah” manakala merasakan takjub dan kaguam atas sebuah ciptaan Allah Subhanahu Wata’ala... Wallah ta’ala a’lam...

Alfaqir Al 'ilm Bang Malik
No Copyright@

Hak Cipta Dilindungi Allah SWT, Bila Ada Salah Kata Mohon Dimaafkan. Lagi Belajar sich ^_^
Diterima Cacian, Makian, Saran dan Kritik
Email: abu.aifah1@gmail.com
CP/Whatsapp :
0821-7816-9560

KPR Non Ribawi Jambi

 

.:: Inspirasi Bang Malik ::. Published @ 2014 by Bang Malik

Blogger Templates