Senin, 28 September 2009

Antara Ada dan Tiada

“Ayahanda, kenapalah nasib Ananda seperti ini, sungguh, ananda tidak kuat Ayahanda.” Hanif mencoba kuat, ketika mengadukan kondisinya kepada sang Ayahandanya.

“Ananda, mujahid bukan?” dari jauh terdengar tanya dari Ayahandanya. “Mujahid harus kuat sayang, dia akan siap menghadapi segala tantangan yang datang dari luuar maupun dari dalam dirinya.” Nasihat lembut yang justru semakin menderaskan air mata Hanif.

“Iya Ayahanda, Hanif ini mujahid, tapi mujahid itu manusia juga, Ayahanda!”

“Ingat lah sayang, Ananda bukan hanya mujahid, tapi seorang da’i, tidak ingatkah Allah berkata di dalam surat cinta-Nya. Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha.” Jawaban dari sang Ayahanda semakin mengiris dalam dada dan ulu hati Hanif. Kerinduan kepada Ayahandanya, kekecewaan kepada keluarga yang ada bersamanya saat ini semakin menderaskan air matanya.

“Tapi Ayahanda. Ananda sudah bosan rasanya menghibur diri. Mereka mengira tawa ini adalah tawa ikhlas, mereka tidak tau hati nanda selalu menangis, bilamana diri ini tak beriman ananda ingin mati saja.” Jawab Hanif dengan bibir yang semakin kelu.

“Istighfar sayang, adakah Umar pernah berucap demikian? Hiburlah dirimu! Ayahanda percaya, ananda bisa, karena dalam darah ananda ada darah Ayahanda.” Ujarnya…

“Janganlah sesekali berlepas dari rahmat Allah subhanahu wa ta’ala. Dia sayang pada Ananda, tanya pada diri ananda, terlalu banyak nikmat Allah untuk kita berlaku sedih.” Tambahnya.

Hanif terus menangis, apa yang ingin dia sampaikan sebenarnya tidaklah patut sang Ayahanda mengetahuinya. Dia sedang bingung, antara membela sang ibu atau sang ayah tirinya. Semakin lebamlah kantung matanya. Hanif sudah tak sanggup bicara lagi, perihnya mata semakin membuatnya tak bisa terlelap.

“Dengarlah sayang, ambillah pelajaran dari setiap permasalahan yang ada di depan mata, hikmahnya, jangan sampai hal buruk yang Ananda lihat terulang dalam hidupmu .”

“Ayahanda tahu masalah apa yang sedang ananda fikirkan. Ingat sayang! Allah cinta padamu… yakinkan dalam dirimu… kuatlah sayang, Ayahanda sayang ananda!” tambahnya

Hanif semakin seperti anak kecil, dia ingin sekali memeluk Ayahandanya, tapi apalah daya, mereka sudah berjauhan. Hanif hanya bisa berteriak, dia merasa kelemahan dalam dirinya semakin nyata. “

“Allah, berikan kekuatan kepadaku, karena hanya Engkau tempatku memohon.” Ujarnya sembari menatap langit malam, mushaf yang mulai lusuh itu kembali dia rengkuh dan bersenandung bersama-Nya.

Minggu, 27 September 2009

(Diary) Hari Ini "Malam Mingguan"

Abis tilawah ba’da maghrib, aku langsung buka-bukaan. Bukan baju, kain sarung, dan buka semua yang perlu dibuka. Rencana menurut schedule-ku, aku akan silaturahim ke rumah murid les privatku di daerah pasar Kota Jambi.

Seperti biasa dengan gaya yang paling maksimal, celana dasar item, baju lengan panjang FLP, sendal jepit – bayangin aja, gaya kyk githu dibilang maksimal – . Meluncurlah aku bersama Si Momo, motor kesayanganku yang klo dibawa ngebut serasa pengen terbang, Stang-nya dah mulai goyang, karena jatuh tiga kali – dihukum Allah gara2 dulu itu mengharap sang bidadari menampakkan sosoknya dari balik awan – padahal kan belum pantes ya? Bidadari terooooss otak gue...

Habis dari rumah ntu wali murid, lewat Jembatan Makalam aku meluncur menuju daerah Kebun Kelapa – masih daerah pasar Kota Jambi – kiri kanan jembatan yang indah itu – klo malem – kulihat puluhan pasangan muda-mudi sedang bermesraan dibawah remangnya lampu jalan – duuhh ibu2, bapak2, tega amat sich ngelepasin anak gadis kalian, nggak tau apa, mereka selalu mendapat pelecehan dari si cowok depan umum, eh tapi dasar ceweknya aja yang goblok, perlakuan kayak githu dibilang sayang - .

Sekitar 5 menit sampailah aku di Kebun Kelapa, tapi keburu adzan Isya. So, aku ngejer sholat dulu. Busyyyeeett dahh... ini masjid di tepi jalan, para syetang yang memilik kendaraan bener2 nggak punya otak. Gas mesin seakan-akan sengaja dikeraskan, sehingga makmum-pun tidak dapat mendengar apa yang diucapkan si Imam. Huuhh... susah memang. Dunia.... duniaa... pesonamu membutakan semua... semoga aku tidak terbawa ya Allah... Aamiin..

***

“Lah,,, dengan siapo, Mad?” tanya Mak Uwo-ku (an eleder sister – in – law of my stepfather).
“Dewean be Mak Uwo, Ummi belum balek dari Bungo!” jawabku
“Waaiii... adik lanang dah lamo dak ketemu, kemano be?” tanya seorang perempuan, ponakan Mak Uwo, anak dari One – kakak perempuan Mak Uwo – (One: aku dak tau artinyo, bukan org padang sich, bokap doank).

Yahh,, banyaklah yang aku omong. Abis sungkeman ma mereka. Aku masuk ke rumah Mak Uwoku ini, beliau adalah seorang janda dari Pak Dang-ku – My Stepfather’s elder brother -. Mereka punya satu anak gadis, sudah kerja, kelahiran 1989. Yah, dia sepupu tiriku memang. Tapi wasiat dari Pak Dang tak mungkin aku elakkan, dia ingin aku jaga adik sepupu tiriku ini.
Tapi, saat aku kesana dia tidak ada di rumah. Kata Mak Uwo dia pergi sama cowoknya, maklum malam mingguan. Haiizz... mukaku lansung merah, karena waktu menuju ke rumah ini, aku ngeliat gimana cewek2 terperdaya sedang dilecehkansI depan umum oleh cowok yang katanya mencintai mereka. Tanpa fikir panjang aku telepon sepupu tiriku ini.

“Dek, dimano sekarang”
“lagi di jalan bang, abang apo kabar?”
“Baeklah, abang sekarang di rumah.” Dia rada terkejut dan kebingungan.
“Adek, nak kemano, samo siapo?” tanyaku lagi.
“ nak lebaranan bang, samo kawan.” Jawabnya
“Cowok yang maren kan? Balek Jam berapo, abang tunggu!”
“Mungkin Jam 9 malam, bang.” Jawabnya

Sembari menunggu, aku rada boring. Liat tipi nggak ada yang beres acaranya. Akhirnya aku telepon temenku yang jauh disana (sebenernya emang kangen). Dia tidak tau selama satu jam lebih aku telepon, aku begitu gelisah, naik turun tangga, mikirin adik sepupuan walau tiri, masih di luaran.

Jam sepuluh seperempat dia pulang. Langsung ngelendot ndak jelas, meraih tangan aku dan menempelkannya di pipinya. Dan langsung nanya “Ayuk kok ndak dibawa”. Males nanggepinnya, langsung aja aku ngomel2 dikit. Tapi aku percaya dia nggak ngapa2in. Cuma pesen aku, klo gentel tu cowok, LAMAR ato klo masih mau pacaran, JANGAN BAWA ADEK GUE ke luar rumah. Aku nggak pernah percaya sama yang namanya COWOK. Kalo pada PRIA aku baru percaya!!

======

Sepupu Tiri adalah Non Mahram... aku trauma, dulu awal masuk tarbiyah, dan manhaj ini aku implementasikan, di salah satu keluarga angkat aku di pandang Ghorib – aneh, karena aku nggak mau salaman dengan yang perempuan, kecuali pada nenek – ... Ya Allah, aku lemah, beri aku dan seluruh keluargaku hidayah yang paripurna... Aamiin..

KKN, IAIN STS Jambi

“assalamu’alaykum...” suara dari luar apartemenku, tak kujawab, karena saat itu aku sedang sholat dhuha en rencana mau ngapalin beberapa surat dalam Al Qur’an yang mana aku interest untuk ngapalinnya – sama ayat kok pilih2 – gak gitu kalee...

Suara terus bergema, akhirnya aku keraskan suara takbiratul ihram ku, namun bukannya diem itu orang, pintu malah dibuka, munculah sepasang makhluk hidup berjenis kelamin lanang dan betino, ni orang jambi klo nyebut jenis kelamin manusia.

Jujur saja, sholatku jadi rada terganggu, apalagi itu raka’at pertama. Di luar sudah ada orang yang nunguin aku. Yaaahh mereka itu temen satu kelompok PPL yang bersama bule’ Australia ntu. Akhirnya surat Al Kahfi Cuma aku baca 5 ayat dan seperti pada umumnya, raka’at kedua surat dhuha’.

“Masuklah woi...!!!” ujarku dari dalem.
“Tugas kito sudah lik?? Tanya mereka, cocok banget dah...
“Belum, dak tersetruktur nian, kito banyak ngancok colok (lancang, motong pembicaraan orang), si bule’ belum selesai ngomong, kito lah motong dak jelas. Pening aku... masih dikit lagi belum kelar.” Kataku
“Ya, udahlah, kito selesein di posko kami be, yo”
“Bang, boleh masuk dak” suara seorang wanita yang berdiri di depan pintu.
“Daaak!!” kataku, emang aku rada gila dengan cewek. Gak ade lembut2nya. Ada yang bilang kasarlah, kurang pekalah, dan predikat jelek lainnya. Bodo’ amat, males ngambil muka. Karena bagi aku cowok yg banyak ngambil muka depan cewek itu, cowok nggak beres kebanyakan. Manis di depan, Pahit di Belakang. PENGALAMAN!!!. Nggak tau mereka Malik sebenernya “Tampang Reman, hati Roman. Klo sudah sensi, gak nahhaaann!”

Akhirnya sudah kupindah semua data di komputer ke USB-nya. Aku ada inisiatif, mau ikut ke posko mereka. Nggak ada kerjaan di kamar, baca2 buku tentang pernikahan, yang ada bikin aku kangen mulu menanti kehadiran sang bidadari itu.

Sekitar 20 menitan aku bareng temenku ke tempat posko KKN (Kuliah Kerja Nyata) ato Kukerta. Diiihh,,, disebuah kabupaten perbatasan Kota Jambi. Aku langsung jatuh cinta ama ini desa – Desa Dusun Tuo, klo ndak salah – sejuk niaan... posko mereka adalah rumah panggung yang asri, dikelilingi pohon kelapa, pokoknya bikin iri. Dan masuklah aku ke dalam posko mereka ini.

“Waaahh,,, Abang Maliiiiikkk.” Teriak segerombolan wanita yang di dapur setelah melihat kehadiranku. Sok histeris deh – semoga kalian baca ini :p – ada yang ngiris bawang, ngulek cabe, goreng kentang, tahu, dan tempe.

Semua menjulurkan tangan, aku Cuma bisa ngasih kode bertapa aja. Alias nggak mau salaman ma beda jenis, imanku lemah!!! Yaahh cukup lama ngobrol ma mereka, salah satunya ini;
“bang, KKN di mano?” ujar salah satu mahasiswi satu fakultas denganku
“di simpang kawat.” Jawabku pendek
“Haahh... emang biso KKN di Kota?” tanyanya polos, dasar dodol, yang gak bisa donk non!.
“Bisolah, Kuliah Kerja Nikah,,, huahahahaha.” Pecahlah gelak tawa dalam ruangan itu.
“Haiizzz,,, abang nich dari dulu lah, yang diomongi nikah terus, ntah kapan2 undangan tu datang.” Protes seorang cewek yang laen
“Lah, itu motivasi buat klian be, dari pada jalan beduoan dak jelas, pacaran tigo tahun, kamu dah kemano be tu? Pulsa lah habis berapo, Cubo tabung, ado juga ongkos untuk nikah.” Aku mulai rada sarap, nasehatin orang pintar, modal buat nikah aja masih keteteran. Dasar CINTA!!!.

Ternyata bukan ikhwan saja, klo abis godain akhwat dengan SMS tausyiahnya, mereka lari balik kanan ketika akhwat menantang dia tuk melamar. Ustadzpun ada yang demikian, ada MT-nya yang mau nikah, ehh dia malah pulang kampung – balik kanan, karena nggak pengalaman, otaknya sesak bin penuh dengan kalimat2 teoritis semu, aku yang rencana nikah jadi terlantar, nggak ada aku takutkan selain kemurkaan Allah – . Rasanya nggak terima aku dititipi ke dia. MR-ku yang asli lagi doktoral, mudah2an tahun depan dah selese.

Kembali ke Laptop, tadi pagi ntu, yang aku sayangkan Cuma satu. Mereka satu posko Mahasiswa dan Mahasiswi satu rumah. Si mahasiswa bolak-balik pakek handuk doank lewat depan Mahasiswi yang masak biasa2 aja, pun demikian mahasiswinya. Aku jadi salting sendiri, mau protes bukan hak aku.

Yang jelas besok, aku mau dapat tempat Kukerta. Dimana dalam satu Minggu, aku bisa berjumpa dengan bidadariku (bila Allah dah ngasih). Coz aku orangnya kangenan. Apalagi sempet dapet yang sosoknya emang ngangenin... wahhh hancooorr... istighfar woi... ikhwan bocor juga lu!!!
Ni diary gue... internet sudah menjadi kamar pribadiku... gak mau MUNAFIK!!!

Rabu, 23 September 2009

Bukan untuk Permainan

Bila cinta telah memanggil, jalan pertama yang harus kamu lakukan adalah mempertanyakan kembali, akan dibawa kemana rasa yang suci ini? Jangan jadikan rasa suci itu menjadi kegenitan yang kamu nikmati. Jangan jadikan rasa suci ini kamu jadikan penghancur dakwahmu dan dakwahnya. (baca:hati)

Cinta bukan untuk permainan, ia harus segera kita bungkuskan dengan tali indah nah suci penuh berkah dengan nama NIKAH!!! Bila kamu panas membaca ini, bila kamu menjadi su’udzhon membaca ini (baca: diri penulis), berarti kamu memang telah mempermainkan cinta yang telah kamu rasakan.

Cinta, membuat pengecut menjadi pemberani, membuat pencuri menjadi da’i (baca: Pencuri hati,.,. huahahaha), bahkan mungkin karena cinta, membuat da’i menjadi banci. Dia menggunakan tausyiah dan hadits untuk menggoda jiwa-jiwa kaum hawa yang lembut. Jadilah ia da’i buaya dunia maya (uppss… mikir pernah jadi buaya ndak ya?), ketika akhwat menantang ia langsung balik belakang, yahh,,, satu da’i telah menjadi banci, dengan tameng menanti restu sang murabbi – emang jodoh di tangan murabbi ? – jangan gilaaa,,, doonk!!!

Duhai jiwa yang lemah (termasuk yg nulis), bersabarlah… karena cinta takkan lari kemana, ia sudah tertulis di lauh mahfudz – bukan berarti kita lepas tangan – ia harus kita jemput dan kita raih, jangan jadikan cinta yang menggebu menjadi kegenitan yang dibungkus SMS tausyiah dan al hadits kepada lawan jenis.

Akhwat Hati-hati!!!

Ikhwan, Jangan rusak akhwat Doonk!!!

Kemenangan Hakiki, Memakmurkan Masjid

Kemenangan Hakiki, Memakmurkan Masjid
By: Sulthan Malik
(http://www.sulthanmalik.tk/)

Gemuruh takbir, tahmid dan tahlil membahana di seantero nusantara bahkan dunia. Takbir tanda kemenangan ummat manusia, ummat Islam pada khususnya, setelah satu bulan penuh berjuang melawan hawa nafsu dari yang membatalkan puasa hingga yang mengurangi pahala puasa. Menang! Kita Menang.

Tetapi, sudahkah manusia menyadari di mana letak kemenangan yang hakiki itu? Kita boleh saja mengklaim bahwa kita adalah pemenangnya, dan kita berhak ikut serta menikmati uforia semangat kemenangan dalam balutan perayaan Idul Fitri. Di dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman ;

“ Hai orang-orang yang berimana, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan oleh orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (QS. 2: 183)

Pada ayat tersebut Allah SWT menyeru kepada ummat manusia yang beriman, untuk dapat mendirikan puasa di bulan Ramadhan. Tentunya Allah SWT memiliki tujuan tertentu dengan adanya seruan untuk melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Yaitu mendidik manusia agar peka terhadap lingkungan sosial dan individualnya.

Peka terhadap lingkungan sosial, di mana seorang hamba harus mempertanyakan kembali hubungannya terhadap sesama manusia – habbluminannas – pada saat itu yang kaya maupun yang miskin sama-sama merasakan kelaparan dan kehausan. Dalam hal individual, seorang hamba harus menyadari bahwa dia makhluk yang lemah, lagi hina dan penuh dosa.

Bulan Ramadhan adalah sebuah fasilitas yang Allah SWT berikan untuk hamba-Nya yang mengaku berimana untuk memperbaiki diri. Maka tentunya seorang hamba yang beriman akan selalu haus akan amal selama bulan Ramadhan, baginya puasa bukan ajang seremonial berpuasa semata, melainkan moment memperbaiki diri menuju insan rabbani lagi betakwa.

Tidak salah, pada bulan tersebut, kita akan menyaksikan ummat manusia yang sebelas bulan sebelumnya tidak mengenal Masjid, maka pada bulan tersebut jiwa mereka benar-benar tergerak untuk melaksanakan amaliyah-amaliyah wajib maupun sunnah. Posisi masjid benar-benar optimal, yaitu sentral kegiatan kaum muslimin di dunia. Namun, ketakwaan ini tidaklah bisa kita dapati dengan mudah, hanya dengan mengandalkan hadirnya bulan ramadhan semata.

Kita lihat pasca Ramadhan, Masjid kembali sepi tak bertuan, adzan bergema namun jama’ah tak ada. Di setiap lorong terdengar adzan bersahut-sahutan dengan indahnya memanggil manusia-manusia yang katanya telah mencapai kemenangan dengan mendapat derajat ketakwaan. Tetapi mereka lebih menuruti panggilan-panggila sinetron-sinetron bodoh, film-film yang menggambarkan kekerasan dan ketabuan. Adzan tinggallah adzan. Patutkah kita mengklaim bahwa kita telah bertakwa? Tidak malukah kita merayakan idul fitri? Demi Allah tidak patut, karena kemenangan hakiki ternyata bukan milik kita yang masih jauh dari Masjid.

Fungsi Masjid telah menjadi tempat seremonial belaka. Ia hanya ramai bila di dalamnya terdapat acara-acara seremonial, Maulid dan Isra’ Mi’raj yang tidak jelas hukumnya, yang masih terjadi perdebatan dikalangan ulama-ulama salaf maupun khalaf. Lagi-lagi ummat Islam hanya sekedar membebek dan bertaklid. Masjid tak ubahnya gereja bagi kaum Nashoro yang diisi hanya pada waktu-waktu tertentu, Misa Natal, Peringatan hari Paskah, Kebaktian Jum’at, Sabtu, dan Minggu.

Apa kita lupa pada sejarah emas ummat Islam, kita membangun kejayaan tersebut dengan keimanan dan ketakwaan yang membawa di dalam dada. Kita semangat tiada mengenal hari, selagi nafas masih berhembus, selagu telinga dapat mendengar, ketika kaki masih dapat melangkah, tiada tempat yang mereka datangi ketika panggilan suci itu bergema ke penjuru langit, maka masjidlah tempat mereka menghadap Tuhannya. Masih adakah manusia yang melakukan hal demikian. Dunia, benar-benar mereka anggap tempat akhir dari segalanya, mereka lupa dengan ayat ini;

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. 9:18)

Apakah langkah kaki kita masih ringan untuk memakmurkan masjid pasca ramadhan ini. Bila masih kita rasakan itu, maka nikmatilah kemenangan hakiki dalam idul fitri ini, namun bila berat dan bahkan enggan untuk memakmurkannya. Sungguh kita belum menang, dan kita tidak berhak merayakan kemenangan ini. Karena kita kalah, kita telah menjadi pecundang sejati di mata Allah SWT.

Ya Allah, masukkanlah kami kedalam golongan hamba-Mu yang mendapat petunjuk, pertemukan kembali kami dengan ramadhan-Mu berikutnya. Sunggu kami lemah, hawa nafsu telah menduduki singgasana hati yang seharusnya engkau duduki. Penulis bukan orang yang sempurna, melainkan sosok yang sedang merangkak untuk menuju hamba yang dikasihi-Nya. Allahu Akbar… Allahu Akbar…. Allahu Akbar Wa lillahilhamd.

Peradaban Bermula dari dalam Masjid, dengan itu Dunia akan diisi
oleh insan-insan yg bertakwa...

=====
Ooohhh... Idee,,, jangan pergi kemana-mana donk!!!

Minggu, 13 September 2009

Si Momo Sayang


Si Momo, ini dia nama motor kesayanganku, yang kubeli pakai uang sendiri (kredit), masih 2 tahunan lagi, baru 3 kali bayar. Kenapa aku kasih nama Momo? Nggak tau dech, asyik en lucu ajha kedengerannya.

Sejarahnya, setelah saran agar aku membeli motor, benar-benar membuat aku tersihir. Gaji yang aku tabung rencana untuk liburan tempat bokap di Depok aku bongkar dan langsung ambil kredit motor. Urus SKD (ktp gue ilang) ke kantor RT trus ke Kantor Lurah setempat. Proses cukup sebentar hanya berselang satu hari Si Momo sudah bisa bawa pulang.


Kelak, ketika bidadari itu telah hadir, ingin sekali aku bawa dia bersama Momo, entah itu acara romantis (lari pagi) atau mengantar dia mengikuti dan mengisi pengajian. Aku ingin membangun sebuah Istana Cinta, dimana Cinta Allah tidak berkurang di dalamnya. Aamiin (pertemukan kami dalam jalan-Mu ya Rabb).


Ini bukan norak, aku seperti kena tagih oleh tulisan2ku sendiri. MENIKAH!!! Bokap sudah pernah ngasih calon orang sana. Tapi Ummi di Jambi nggak redho.. hehe… iya juga sich aku waktu itu rada lain orientasinya. Aku pengen dapet Istri yang AKTIVIS jangan kayak aku yang PASIVIS (apaan coba??). setidaknya kami ingin menjadi keluarga yang produktif (gmn mau punya mujahid ya, tidurnya di lantai)… loohh… loohh… ngomongin motor apa nikah ini??


Fiuuhh,,, ngomongin motor yang dipakek buat ngajak sang bidadari jalan2 setelah menikah. Aamiin… ya Allah kirim dia cepat ya :P

Sabtu, 12 September 2009

Kisah Nyata: Interaksi Ikhwan Akhwat

Ini adalah sebuah kisah nyata, dan sebetulnya ana ingin menyampaikan sejak dulu...karena kadang kita terjebak dalam hal yang ragu2 dalam kehidupan ini...termasuk hubungan ikhwan dan akhwat.....
Nanti akan terlihat seseorang yang mengenal harakah islamiyah....seseorang yang mengenal tarbiyah....sangat beda dengan cerita yang ana sampaikan ini......
Ini adalah kisah nyata...insyaallah ana mendengarkan sendiri surat dari ikhwan tersebut yang dibacakan oleh ustad....
Karena ikhwan tersebut minta konsultasi ke ustad....

Ada seorang ikhwan yang menyukai akhwat...beliau memendamnya sangat lama...dan beliau hanya diam dan sebetulnya beliau ingin mengungkapkannya pada saat akhwat itu siap untuk dinikahi...akhirnya ikhwan itu menunggu....menunggu dan menunggu.....
Rasa seneng kepada akhwat itu semakin menggebu saat si-akhwat itu semakin dekat dengan beliau.....
Ikhwan itu belum mau mengatakannya....belum mau..walaupun ikhwan dengan akhwat itu sangatlah akrab seperti layaknya "saudara semuhrim" atau "suami istri"...sering saling
sms,sering jalan bareng,sering ngobrol bareng,sering ngasih tausyiah,sering ber-email secara pribadi...dan lain2 yang nggak layak ana sebutkan disini......

Waktu terus berjalan hingga.......
Tiba2 ada kabar yang mengejutkan ke ikhwan tersebut bahwa akhwat yg dekat dengan beliau baru saja menikah....
Ikhwan itu tidak terima apa yang baru beliau dengar....beliau nggak terima... Sangat sakit hati beliau....sangat sakit.....

Ikhwan itu berusaha melupakan seorang akhwat yg beliau sukai....yang sekarang milik orang lain....
Tapi sangat sulit sekali....rasa suka yang beliau pendam selama ini...akhirnya sia2....tapi beliau tetap memendam dan tetap selalu meingatnya...
Setelah selang beberapa tahun ikhwan dan akhwat itu tidak saling berhubungan lagi... Ikhwan itupun bisa sedikit-sedikit melupakan...tapi rasa sakit itu masih berbekas dihati...

Akhirnya suatu ketika khwan dan akhwat itu akhirnya ketemu lagi karena satu tempat bekerja...
Sejak saat itu timbulah ingin komunikasi lagi,akhirnya ikhwan dan akhwat itu saling komunikasi lagi...
Walaupun tidak langsung, hanya menggunakan email,sms,dll......

Karena nggak tahan si-akhwat menceritakan tentang keluarganya,kehidupan bersama suaminya yang kurang harmonis ke si-ikhwan...karena sudah menganggap ikhwan itu seperti "saudara semuhrim" atau "suami istri"

Apa...apaan...ini......maksudnya apa......
Naudzubillahi min dzalik

Begitu juga si-ikhwan karena nggak tahan beliau ungkapin perasaannya ke akhwat bahwa sebetulnya beliau menyukai akhwat itu sejak dulu masih lajang

Ini juga....apa-apaan......
Naudzubillahi min dzalik

Apa yang terjadi setelah hal itu...hancurlah sebuah rumah tangga..............

Naudzubillahi min dzalik

Komunikasi boleh aja tapi jangan sampai terlalu melampaui batas...

Apa kata ustad setelah menerima surat itu...
"Jangan lakukan lagi berbuatan perbuatan ini...hentikan semua ini...jangan hancurkan keluarga ini....
Anda yang telah menghancurkan keluarga ini....jangan melakukan hubungan dengan akhwat itu lagi"
Ustad itu berteriak sangat keras kepada ikhwan itu....
allahu a'lam

Ada seorang ikhwah yg sering bilang ke ana...............
Bahwa hal2 seperti itu bukan 100% kesalahan ikhwannya dan bukan juga 100% kesalahan akhwatnya....

Dari kalimat diatas maka kita semua harus intropeksi diri dan jangan suka mencari2 kesalahan orang lain...
Mungkin kita yang salah...maka kita harus perbaiki bersama kesalahan yang kita lakukan dengan cara yang baik...

Marilah kita saling menasehati dengan cara yang terbaik...jikalau ikhwan yang melampaui batas kepada akhwat.. akhwatnya harus tegas...itu demi kebaikan juga...begitu juga sebaliknya...sesama ikhwan dan sesama akhwat juga harus ada yang saling mengingatkan...ingat tegas bukan berarti harus marah2...tidak ada cerita di quran dan hadits yang mengatakan menasehati harus dengan marah2........
Karena kita tahu tidak ada manusia yang sempurna.....

===========
Ya Allah terimakasih Kau selamatkan aku
Permudahkan aku menyatakan cinta ini dengan cara yang syar'i...

Jumat, 11 September 2009

Jangan “Rusak” Akhwat donk!

Dalam dunia dakwah, terkadang komunikasi ikhwan dan akhwat tidak bisa terhindarkan, apalagi bila mereka mendapat posisi dalam kepanitian yang memang harus banyak menyita waktu dan tenaga, terutama seksi acara dan perlengkapan. Bagi-bagi amanah sudah pasti terjadi. Bagaimana mereka berkoordinasi? Yah, selain syuro’ dengan hijab yang setinggi langit maka ada syuro’ dibalik hijab, apa itu? SMS = Syuro’ Melalui SMS (halah maksa gue).

Bukannya ingin bersu’udzhon, tapi ini real kenyataan terjadi pada ikhwan dan akhwat berawal dari SMS koordinasi kinerja, akhirnya berbuntut pada SMS koordinasi kinerja hati (halah, emang kok!) dibumbui tausyiah dan hadits2 menyentuh. Percaya tidak percaya aku nggak suka ada ikhwan suka ngirimin tausyiah ke akhwat (tapi terkadang ada akhwat yang minta,,, hihi,, kenapa nggak mintak lamar aja ya?), apapun tujuannya. Kenapa tausyiah atau hadits yang kita kirim hanya kepada lawan jenis? Apakah sudah habis ikhwan di muka bumi ini? Padahal ada begitu banyak ikhwan-ikhwan yang sebenernya membutuhkan tausyiah kita – termasuk yang nulis –.

Apa yang hendak engkau lakukan wahai ikhwan, ketika akhwat yang beruntun engkau kirimkan tausyiah itu menjadi “terganngu” hatinya (baca: jatuh cinta)? Engkau lari, engkau balik belakang dengan dalih menanti restu dari MR. Sementara akhwat selalu berada di dua persimpangan. Menanti cinta Ikhwan yang genit dengan menebar tausyiah (SMS) dan jodoh dari MR yang entah kapan tibanya. Emang jodoh ditangan MR??? Bilapun engkau telah jatuh cinta padanya sampaikan pada orang tuanya, jangan jadi ikhwan banci!!! Loh kok jadi marah aku ini (Aku sebel, aku kasian sama si Akhwat en Suaminya kelak)?? Inilah cerita itu berawal...

Aku Abdul Malik, ketika itu sedang bersama seorang ikhwan, terhitung dia seniorku di tarbiyah ini, karena dia sudah sarjana – usia sama – . Suatu sore kami bersilturahmi ke rumah salah satu ikhwan yang telah menikah. Lama kami berbicara – mereka satu suku – satu sama lain. Walau terkadang aku tidak nyambung apa yang mereka bicarakan. Pada saat itu keluarlah seorang akhwat dengan anggunnya membawa minuman untuk kami. Aku sedikit tertegun, Subhanallah indah sekali ciptaan Allah ini. Secepat kemudian aku beristighfar.

Menikmati teh hangat buatannya ditemani oleh beberapa roti batal isi coklat, makin serulah mereka berbicara pengalaman mereka di kampus semasa kuliah. Setelah beberapa lama kamipun pulang, dengan dibonceng motornya aku ikut kemanapun sang ikhwan ini akan membawaku.

“Akh, antum liat ndak akhwat yang ngasih air minum kita tadi?” ujarnya
“Dak terlalu dalam nian lah, gek ado syetan dak sadar!” jawabku sekenanya
“Antum tau ndak, akhwat tu dulu suko samo ana, ana SMS dikit pasti dibalasnyo.” Ujarnya yang membuat aku sedikit terbengong. Ni orang dah lama ngaji kok ngaco’ gini ngomongnya.

“Astaghfirullah, sudahlah akh, mereka tuh sudah nikah, dak patutlah antum bicarakan ini pada ana.” Ujarku sedikit agak menekan, karena lagi-lagi aku harus dikecewakan oleh orang-orang (senior) yang katanya lama di tarbiyah ini.


Entahlah, aku tidak bisa menghakimi saudaraku diatas, tapi yang jelas aku sedih, karena aku memposisikan diriku sebagai suami sang akhwat. Bila melihat realita yang ada terkadang akhwat tanpa canggung ketika ber-SMS ria dengan ikhwan ber-haha—hehe—hihi. Sehingga ikhwan yang berpenyakit menangkap lain, dan mulailah saat itu sang akhwat dijadikan “mainan” hati oleh sang ikhwan.

Adanya Asap karena adanya api, pepatah ini tidak bisa dielakkan, akhwat mungkin bisa menyalahkan ikhwan yang memulai, tapi bila akhwat bisa menjaga iffah¬-nya tentu saja mereka (akhwat) akan selamat. Romantisme ikhwan dan akhwat lebih dahsyat dari cowok dan cewek pada umumnya, karena ikhwan tidak bicara pacaran tetapi pernikahan (sang akhwat jadi korban, digantung-gantung! Hati2 ukh!!!). Sang ikhwan tanpa rasa bersalah selalu menyinggung pernikahan ketika akhwat sudah mulai melayani permainan ini. Aku yakin mereka sadar, tetapi bila angin cinta mulai berhembus akal sehatpun akan hilang (pengalaman aku pernah jatuh cinta, Allah Save me). Ikhwan kasihanilah akhwat, cukup sudah mereka terkekang oleh MR mereka (menanti mendapat suami sempurna), jangan engkau kekang mereka dengan ketidak pastian, jangan engkau tinggalkan ia di dua persimpangan yang menyulitkan. Kasihanilah saudari kita, biarkan mereka menjaga iffah mereka.

Aku bukan orang suci, tetapi aku ingin melihat orang-orang yang disekelilingku menjadi makhluk yang selalu menjaga kesuciannya agar aku ikut ter-sibghoh oleh perilaku mereka. Aku bersyukur selama ini dimata saudari2ku aku cenderung “kasar” pada akhwat. Biarlah karena penilaian manusia bukanlah tujuan akhirku, aku punya cara agar kasus-kasus diatas tidak menimpaku.

Akhwat, jangan ikutan genit, kasihan suamimu kelak, bisa-bisa ternyata engkau ikut dalam permainan srigala berbulu domba. Balaslah SMS tausyiah ikhwan dengan kalimat “Kenapa harus kepada ana, ada banyak ikhwan yang membutuhkan tausyiah ini” aku yakin ikhwan ini langusng keringat dingin. Ikhwan jangan jadi banci!! Jangan mengkambinghitamkan sistem jama’ah untuk mempermainkan akhwat. Perilakumu bisa menyakiti Pangeran dia yang sebenarnya. Bila antum suka, datang dan ungkapkan depan ortunya!!! Jangan Rusak mereka!!!

Ana uhibbukum fillah wa lillah

Semoga Allah menjaga kita semua,, Aamiin

Renungan: Apakah Istri atau Suami kita kelak tidak akan cemburu jika kita melakukan hal itu? Apakah Allah tidak akan cemburu melihat hal itu? Apa yang kita cintai apakah itu terjadi karena Allah sampai hal-hal diatas terjadi? Kalau hal diatas terjadi adalah ikhwan itu hanya ingin memiliki bukan mencintai. Mencintai adalah kita menghargai dia dengan cinta kita. Allah sudah mentakdirkan, Rasulullah SAW sudah memerintahkan, tidak ada yang hina bila cinta kita ungkapkan dengan cara yang syar’i.

Duhai bidadariku, izinkan cintaku mendarat dihatimu. Allah ridhoi cinta itu ketika dia mulai mengetukan hatiku. Aamiin
No Copyright@

Hak Cipta Dilindungi Allah SWT, Bila Ada Salah Kata Mohon Dimaafkan. Lagi Belajar sich ^_^
Diterima Cacian, Makian, Saran dan Kritik
Email: abu.aifah1@gmail.com
CP/Whatsapp :
0821-7816-9560

KPR Non Ribawi Jambi

 

.:: Inspirasi Bang Malik ::. Published @ 2014 by Bang Malik

Blogger Templates