Rabu, 23 September 2009

Kemenangan Hakiki, Memakmurkan Masjid

Kemenangan Hakiki, Memakmurkan Masjid
By: Sulthan Malik
(http://www.sulthanmalik.tk/)

Gemuruh takbir, tahmid dan tahlil membahana di seantero nusantara bahkan dunia. Takbir tanda kemenangan ummat manusia, ummat Islam pada khususnya, setelah satu bulan penuh berjuang melawan hawa nafsu dari yang membatalkan puasa hingga yang mengurangi pahala puasa. Menang! Kita Menang.

Tetapi, sudahkah manusia menyadari di mana letak kemenangan yang hakiki itu? Kita boleh saja mengklaim bahwa kita adalah pemenangnya, dan kita berhak ikut serta menikmati uforia semangat kemenangan dalam balutan perayaan Idul Fitri. Di dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman ;

“ Hai orang-orang yang berimana, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan oleh orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa” (QS. 2: 183)

Pada ayat tersebut Allah SWT menyeru kepada ummat manusia yang beriman, untuk dapat mendirikan puasa di bulan Ramadhan. Tentunya Allah SWT memiliki tujuan tertentu dengan adanya seruan untuk melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Yaitu mendidik manusia agar peka terhadap lingkungan sosial dan individualnya.

Peka terhadap lingkungan sosial, di mana seorang hamba harus mempertanyakan kembali hubungannya terhadap sesama manusia – habbluminannas – pada saat itu yang kaya maupun yang miskin sama-sama merasakan kelaparan dan kehausan. Dalam hal individual, seorang hamba harus menyadari bahwa dia makhluk yang lemah, lagi hina dan penuh dosa.

Bulan Ramadhan adalah sebuah fasilitas yang Allah SWT berikan untuk hamba-Nya yang mengaku berimana untuk memperbaiki diri. Maka tentunya seorang hamba yang beriman akan selalu haus akan amal selama bulan Ramadhan, baginya puasa bukan ajang seremonial berpuasa semata, melainkan moment memperbaiki diri menuju insan rabbani lagi betakwa.

Tidak salah, pada bulan tersebut, kita akan menyaksikan ummat manusia yang sebelas bulan sebelumnya tidak mengenal Masjid, maka pada bulan tersebut jiwa mereka benar-benar tergerak untuk melaksanakan amaliyah-amaliyah wajib maupun sunnah. Posisi masjid benar-benar optimal, yaitu sentral kegiatan kaum muslimin di dunia. Namun, ketakwaan ini tidaklah bisa kita dapati dengan mudah, hanya dengan mengandalkan hadirnya bulan ramadhan semata.

Kita lihat pasca Ramadhan, Masjid kembali sepi tak bertuan, adzan bergema namun jama’ah tak ada. Di setiap lorong terdengar adzan bersahut-sahutan dengan indahnya memanggil manusia-manusia yang katanya telah mencapai kemenangan dengan mendapat derajat ketakwaan. Tetapi mereka lebih menuruti panggilan-panggila sinetron-sinetron bodoh, film-film yang menggambarkan kekerasan dan ketabuan. Adzan tinggallah adzan. Patutkah kita mengklaim bahwa kita telah bertakwa? Tidak malukah kita merayakan idul fitri? Demi Allah tidak patut, karena kemenangan hakiki ternyata bukan milik kita yang masih jauh dari Masjid.

Fungsi Masjid telah menjadi tempat seremonial belaka. Ia hanya ramai bila di dalamnya terdapat acara-acara seremonial, Maulid dan Isra’ Mi’raj yang tidak jelas hukumnya, yang masih terjadi perdebatan dikalangan ulama-ulama salaf maupun khalaf. Lagi-lagi ummat Islam hanya sekedar membebek dan bertaklid. Masjid tak ubahnya gereja bagi kaum Nashoro yang diisi hanya pada waktu-waktu tertentu, Misa Natal, Peringatan hari Paskah, Kebaktian Jum’at, Sabtu, dan Minggu.

Apa kita lupa pada sejarah emas ummat Islam, kita membangun kejayaan tersebut dengan keimanan dan ketakwaan yang membawa di dalam dada. Kita semangat tiada mengenal hari, selagi nafas masih berhembus, selagu telinga dapat mendengar, ketika kaki masih dapat melangkah, tiada tempat yang mereka datangi ketika panggilan suci itu bergema ke penjuru langit, maka masjidlah tempat mereka menghadap Tuhannya. Masih adakah manusia yang melakukan hal demikian. Dunia, benar-benar mereka anggap tempat akhir dari segalanya, mereka lupa dengan ayat ini;

“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. 9:18)

Apakah langkah kaki kita masih ringan untuk memakmurkan masjid pasca ramadhan ini. Bila masih kita rasakan itu, maka nikmatilah kemenangan hakiki dalam idul fitri ini, namun bila berat dan bahkan enggan untuk memakmurkannya. Sungguh kita belum menang, dan kita tidak berhak merayakan kemenangan ini. Karena kita kalah, kita telah menjadi pecundang sejati di mata Allah SWT.

Ya Allah, masukkanlah kami kedalam golongan hamba-Mu yang mendapat petunjuk, pertemukan kembali kami dengan ramadhan-Mu berikutnya. Sunggu kami lemah, hawa nafsu telah menduduki singgasana hati yang seharusnya engkau duduki. Penulis bukan orang yang sempurna, melainkan sosok yang sedang merangkak untuk menuju hamba yang dikasihi-Nya. Allahu Akbar… Allahu Akbar…. Allahu Akbar Wa lillahilhamd.

Peradaban Bermula dari dalam Masjid, dengan itu Dunia akan diisi
oleh insan-insan yg bertakwa...

=====
Ooohhh... Idee,,, jangan pergi kemana-mana donk!!!

4 Silakan Kritik dan Sarannya ^_^:

ennykus mengatakan...

Aduh, iya aja...

Sulthan MaLiK mengatakan...

terima kasih dah komen... :)

Anonim mengatakan...

Semoga Alloh senantiasa mengaitkan hatimu pd masjid.., masjid manapun itu...

Sulthan MaLiK mengatakan...

Aamiin...

Posting Komentar

Katakan Apa Yang Ingin Anda Katakan... ^_^

No Copyright@

Hak Cipta Dilindungi Allah SWT, Bila Ada Salah Kata Mohon Dimaafkan. Lagi Belajar sich ^_^
Diterima Cacian, Makian, Saran dan Kritik
Email: abu.aifah1@gmail.com
CP/Whatsapp :
0821-7816-9560

KPR Non Ribawi Jambi

 

.:: Inspirasi Bang Malik ::. Published @ 2014 by Bang Malik

Blogger Templates