Sabtu, 03 Oktober 2009

Da'i atau Hakim?

Malam ini, seharusnya bukan tulisan ini yg kuposting, aku mau nyelesein sebuah tulisan tentang mahasiswa. Tetapi ada sebuah berita yang serasa disambar petir aku mendengarnya.


Dari dulu, aku selalu tidak masalah bila sebuah isu buruk hanya menimpa diriku pribadi, tidak menimpa saudaraku yang lain – dalam artian mereka kecipratan –, contoh ; “ ehh, akh malik dengan ukh fulanah kyknya pacaran lho”, kalo Cuma namaku yang disebut aku terima, biar Allah yang balas, tapi kalau menimpa fihak lain, maka secara tidak sadar aku mengutuk mereka dan mengutuk diriku sendiri.


Dulu ada SMS seperti ini dari seorang muslimah, dia masih baru, pun aku begitu. “Masih di kampung, knp, abi kangen ya?” aku tau dia bercanda, dan aku jg tidak pernah terfikir dia bakal seperti itu. Tapi sebagai laki2 aku menganggap dia masih baru, dan kami memang akrab sebelum gabung di tarbiyah, jadi “wajar”. (skrg sdh nggak lagi).


Kemudian, ada sebuah SMS dari seorang muslimah yang kalimat terakhir berbunyi sperti ini “…. Kalau diantara kita masih ada hijab, ajak aku segera mengangkatnya…”. Teman2 ku ikhwan yang lain baca, dan itu ngefek sama mereka. Padahal ujungnya MOHON MAAF LAHIR dan BATHIN. Karena tidak mau dia terkena fitnah, aku langsung klarifikasi. Biarlah aku yg terkesan ke GR-an dari pada muslimah itu dipikir yg tidak2. silakan su’dzhon kpdku, tapi jgn kpd muslimah2 yg lemah hatinya. Kita bukan orang suci, tapi kita orang2 yg sedang berjuang memperbaiki diri.


Siang-malam aku berjuang, mengevaluasi diri dan niat suci, menjaga hati agar tidak terkotori oleh kemauan2 yang dipengaruhi oleh bisikan syetan. Berat, sungguh berat. Kalaulah sajadah bisa bicara, dia akan mengatakan “aku bosan melihat engkau selalu menangis, kenikmatan dari Allah mana yang belum engkau dapatkan hingga engkau selalu bersedih?” lalu, kalaulah tubuh ini bukan ciptaan Allah, tentunya jumlah air dalam tubuhku akan habis. Rabb, lembutkanlah selalu hatiku. Jadikan aku sebagai hamba-Mu yang penyayang.


Sekarang, banyak Da’i telah menjadi Hakim, bercerita pengalaman seakan merekalah orang2 suci. Mereka bisa bicara karena tidak mengalami. Apakah mereka lupa dengan KEHENDAK ALLAH, kita berencana, Allah yang mengaturnya. Kapan baik dan bagaimana baiknya. Allah mencoba sebesar apa perjuangan kita sesungguhnya. Demi Allah, tidak pernah terlintas dalam kepalaku men-take seorang muslimah yang harga dirinya adalah tanggung jawab setiap Muslim.


“masih ingat pada zaman sahabat, ketika seorang pedagang Yahudi menyentuh seorang muslimah, tidak tanggung2, seorang muslim yang melihat itu langsung menghunuskan pedang, dan memenggal tangan sang Yahudi binatang laknatullah itu”


Ya Allah, aku bertanya. Hadiah apa yang sedang Engkau persiapkan untukku. Izinkan aku untuk terus menata diri, menuju insan yang kau inginkan. Aku ingin membangun keluarga syurga. Niat ini sampai ajal menjemput hanya engkau yang tau.


Wahai hakim yang bertopeng da’i, aku ingin mengucapkan kepada kalian; “SELAMAT MENIKMATI DAGING BANGKAI SAUDARA KALIAN SENDIRI”. Kita sama evaluasi diri, ulah kalian ada berapa da’i muda yang bermental banci?? Silakan lukai aku, jangan lukai yang lain.

2 Silakan Kritik dan Sarannya ^_^:

millati_bae mengatakan...

Yakin neh dikau juga bukan hakim bertopeng da'i?

Sulthan MaLiK mengatakan...

Yaahh,,, wallahu a'lam.... sedang dalam proses... HIDUP PROSES !!!

Posting Komentar

Katakan Apa Yang Ingin Anda Katakan... ^_^

No Copyright@

Hak Cipta Dilindungi Allah SWT, Bila Ada Salah Kata Mohon Dimaafkan. Lagi Belajar sich ^_^
Diterima Cacian, Makian, Saran dan Kritik
Email: abu.aifah1@gmail.com
CP/Whatsapp :
0821-7816-9560

KPR Non Ribawi Jambi

 

.:: Inspirasi Bang Malik ::. Published @ 2014 by Bang Malik

Blogger Templates