Rabu, 05 Agustus 2009

Cerpen: Main Hati, Mau?

Main Hati, Mau?
By: Sulthan Fithrah*

Awan mendung menari diatas langit diiringi dengan dentuman suara petir menyambar sebagai tanda akan turunnya hujan pada pagi itu. Hanif, seorang aktivis yang dikenal paling ceria diantara aktivis yang lain tampak murung, pikirannya entah kemana, suasana mendung langit tergambar dari raut wajahnya.

Sudah beberapa hari ini dia tampak murung dan lesu, tanpa satu orangpun tahu apa yang sebenarnya dia rasakan, terasa sesak dadanya. Di rumahnya hanya sekedar mengurung diri dikamar tidak tahu ingin berbuat apa. Pikiran terbang entah kemana yang tanpa dia sadari air mata mulai menitik dari ujung kelopak matanya. Dia hanya terus membaca pesan singkat terakhir dari orang yang dia cintai.

“Asslmkm, akhi afwan jiddan ini SMS terakhir dari ana. 5 hari lagi ana ijab qobul, ustadzah sudah memberikan memberikan orang yang pantas untuk ana, cukup disini akh SMS ini, semoga hati kita tetap terjaga untuk tetap di jalan ini. Wass...”

SMS itu terus menerus ia baca, hingga tanpa sadar membuatnya menangis. Dia sangat mencintai wanita sholehah ini, hanya saja dia salah mengaplikasikannya. Dia hanya menjalin Hubungan tanpa status (HTS) pada wanita tersebut, bercanda ria melalui SMS, walau dia tahu bahwa itu salah dan belum waktunya.

Dia bingung hendak menyalahkan siapa, yang namanya wanita bila sudah merasa ada yang memberi perhatian, tentunya mereka akan mendapat sebuah kenyamana. Hanif memang tanpa sadar memberi perhatian lebih pada wanita ini, yang sama-sama berada dibawah satu payung organisasi kampus. Sehingga membuat wanita inipun nyaman bercanda ria dengannya. Melayani satu sama lain.

Minggu pagi adalah puncak tekanan didada, sesak sekali rasanya, ba’da shubuh dia kembali menantap mushafnya agar hatinya bisa sedikit tenang. Tetapi lembar demi lembaran mushaf yang dia buka hanya semakin membuatnya menangis, merintih pedih karena penyesalan didalam dada karena telah bermain hati.

***

Cuaca pagi dikota itu memang masih sejuk bila angin berhembus, cuaca gelap namun hujan tak kunjung turun, sudah satu minggu ini kota Bogor setiap pagi selalu dibalut awan mendung yang amat sangat. Tidak salah bila kota ini mendapat julukan Kota Hujan.

Diluar rumah dua orang sahabat kental Hanif di organisasi tersebut telah turun dari atas motor, mereka berencana akan pergi ke resepsi pernikahan salah satu saudari mereka.

“Assalamu’alaykum,,, anybody home” teriak salah satu temannya, yang memang terkenal paling ceria bawaannya.

Tetapi mereka langsung disambut oleh ibunya Hanif, yang kebetulan akan keluar belanja keperluan sehari-hari, Hanif masih dikamar sedangkan Bapaknya sedang berada di kandang ayam memberi makan ternaknya.

“Hanifnya ada Mi?” Tanya salah satu temannya yang baru datang. “Oohh,,, ada tuh dikamar, heran Ummi dari kemarin kayak anak perempuan ngurung diri di kamar.” Ujar ibunya.

Masuklah mereka kedalam rumah yang cukup sederhana ini, kehidupan keluarga Hanif memang sangat sederhana. Dari luar kamar mereka melihat saudaranya ini termenung berpangku tangan pada dagunya ditepi jendela.

“Doorr,, hayyoo ngelamuni apa nich bro?” kaget salah satu dari mereka. Abdhel memang dikenal orang paling nggak pernah mikir kalau becanda, tidak tahu temannya sedang sedih atau tidak, dikalangan aktivis kampus dia memang dikenal orang yang paling rame sendiri, prinsipnya tidak mau kebawa situasi.

“Weiittss,,, murung aja nich, jangan keliatan banget donk kalau lagi patah hati bro, Ukh Lela emang bukan jodoh ente,,, hehe?” ujar Abdhel dengan maksud bercanda, namun kalimat itu justru membuat Hanif tersiksa bathinnya, karena dia memang mencintai Ukh Lela, hanya saja dia tidak Gentle dan lebih memilih memberi perhatian belaka yang justru tak jelas juntrungannya selain merusak hati kedua belah pihak, Alhamdulillah sang wanita diselamatkan oleh Allah SWT.

“Ahh,,, ngaco’ ente, siapa yang lagi patah hati.” Ujar Hanif menutupi gejolak jiwa yang ada didalam dadanya.

“Becandaa akhii… lagian kok sembeb githu muka ente?” Ujar Abdhel

“Sudah-sudah, buruan donk akh, kita pergi ke acaranya Ukh Lela?” Ujar Fithrah temannya yang lain. “Penasaran ana pengen liat siapa ikhwan yang beruntung itu, ukh Lela kan manis, semangatnya subhanallah, nggak ada dech akhwat kampus kita yang bisa nanding kinerja dan loyalitas beliau terhadap dakwah kampus kita, ya nggak Dhel?” tambahnya

“Yooo…Yoyy.” Timpal kader dakwah kampus yang aneh satu ini

Lagi-lagi ucapan itu semakin membuat dada Hanif teriris, karena kenapa bukan dia yang ada disamping Nurlaila. Sosok yang tanpa sadar menyusup penuh kedalam jiwanya. Pujian dari bibir Fithrah semakin menanamkan penyesalan mendalam didalam dadanya.

Hanif antara bersedia dengan tidak untuk hadir di acara tersebut. Disatu sisi dia tidak ingin menyiksa bathinnya, dan disatu lain bisikkan agar dia jangan tampak lemah menghadapi masalah ini terus menggema, getar bibirnya semakin tampak, lagi-lagi penyesalan memberi perhatian lebih yang disambut baik oleh wanita tersebut membayangi hatinya, apalagi bila ingat canda-candaan SMS yang mereka lalui bersama. Rasa (Cinta) yang suci menjadi terkotori karena tidak ditempati pada tempat yang tepat – tali pernikahan – bukan malah sebaliknya memainkan hati sendiri.

“Yuklah,, ane mandi dulu ente-ente tunggu disini aja.” Ujar Hanif sembari menahan sesak di dadanya.

***

Setengah jam perjalanan dari Parung kota Bagor menuju Statiun Kereta Depok Baru kota Depok, Hanif masih saja termenung dengan tatapan kosong. Tentunya hal ini semakin membuat dua temannya heran, masalah apa yang sedang menimpa teman mereka yang satu itu.

“Akh, ente ini nape, kok dari tadi manyun kerjaannya, ada masalah? Cerite nape ke kite-kite!” Ujar Abdhel menyelidik. “Jangan-jangan emang lagi patah hati, hayyooo loo?” lagi-lagi maksud candaan Abdhel ini mengefek pada jiwa Hanif.

“Jujur akh, ane memang sedang mengalami hal seperti itu, ane menyesal sekali. Ane tidak gentle!”

”Heii,,,, hei,,, kemana nich arah pembicaraan kalian?” sela Fithrah langsung, karena menatap mata Hanif yang mulai berlinang air mata.

“Monokotohoy... ane aja lagi coba menangkap maksud dari akh Hanif ini!” ujar Abdhel berusaha mencairkan suasana.

“Ane sedang sedih akhi, tapi bukan patah hati, ana sebenarnya ada rasa dengan Ukh Lela, tapi niat menyucikan rasa suci ini terkendala oleh ma’isyah yang belum matang, dan satu lagi, terkendala etika jama’ah kita, dan lagi pula ana fikir apakah Ukh Lela bersedia menerima segala kekurangan yang ana miliki” Ujar Hanif panjang lebar tanpa menghiraukan penumpang yang lain.

Hanif tertahan lidahnya untuk mengatakan bahwa wanita yang dia maksud juga memiliki hati pada dia, karena baginya tak ada jalan lain untuk membuktikan cintanya pada wanita tersebut selain menjaga harga diri sang bidadari hati.

“Sudahlah ana yang salah, karena ana yang memulai mengganggu hati ukh Lela, semoga Allah mengampuni ana, biarkan ana nikmati hukuman ini” Ujar Hanif kembali menahan sesak di dadanya.

0 Silakan Kritik dan Sarannya ^_^:

Posting Komentar

Katakan Apa Yang Ingin Anda Katakan... ^_^

No Copyright@

Hak Cipta Dilindungi Allah SWT, Bila Ada Salah Kata Mohon Dimaafkan. Lagi Belajar sich ^_^
Diterima Cacian, Makian, Saran dan Kritik
Email: abu.aifah1@gmail.com
CP/Whatsapp :
0821-7816-9560

KPR Non Ribawi Jambi

 

.:: Inspirasi Bang Malik ::. Published @ 2014 by Bang Malik

Blogger Templates