Minggu, 03 Mei 2009

Dunia Pendidikan Indonesia

Tanggal 2 Mei, semua orang yang mengaku berpendidikan pasti mengenal hari apa yang jatuh pada tanggal tersebut. Yup, jawabannya adalah hari pendidikan, menurut sejarah Republik Indonesia, hari tersebut untuk mengenang jasa tokoh pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara, atau dengan nama asli Raden Mas Soewardi.

Sekilas flash back tentang jasa beliau sehingga dikenal dengan Tokoh Pendidikan Indonesia. Karir pendidikannya dimulai sebagai seorang siswa sekolah dasar yang dimiliki oleh Belanda (ELS) dan kemudian melanjutkan studi pada lembaga STOVIA yaitu sekolah kedokteran dibawah naungan Bumiputera. Dan selama muda dia menghabiskan karirnya sebagai wartawan di beberapa surat kabar pada eranya.

Selain itu, dalam kesehariannya dia sosok yang dikenal begitu sederhana dan sangat merakyat, walau berdarah keraton Jogjakarta. Demi cintanya kepada masyarakat, dia rela melepaskan gelar kebangsawanannya, dan mengganti nama dengan Ki Hajar Dewantara, hal ini bertujuan supaya dia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Sehingga tidak satupun warga masyarakat yang luput dari “tangan dinginnya”.

Namun, masih adakah kira-kira saat ini tokoh-tokoh negeri yang memiliki jiwa sesederhana Ki Hajar Dewantara yang gigih memperjuangkan pendidikan hingga sampai masyarakat kalangan terbawah? Pertanyaan yang sulit dijawab, karena tokoh-tokoh kita yang diatas sana malah berbuat sebaliknya, dengan disahkannya UU BHP (Badan Hukum Pendidikan), maka lembaga pendidikan saat ini tak ubahnya seperti sebuah pabrik yang selalu menguras keringat buruhnya.

Lembaga pendidikan diberikan kebebasan untuk menentukan pemasukan keuangan kampus atau sekolah. Lalu siapakah korban dalam kasus ini? Tentunya para pelajar dan mahasiswa. Sehingga kelak jika masih demikian, maka kita akan kembali kepada zaman penjajahan, karena yang bisa sekolah dan mendapatkan pendidikan secara utuh adalah orang-orang kaya saja.

Coba kita saksikan Malaysia, Singapore, dan Brunei. Mereka menyediakan dana penuh untuk para generasi mudanya yang akan atau sedang menuntut Ilmu didalam maupun luar negeri. Kasarnya orang tua kita hanya dipinta untuk melahirkan anak, maka segala kebutuhan pendidikannya negaralah yang mengurus itu semua hingga selesai.

Rekan penulis yang berasal dari Malaysia yang kuliah di Kairo dan di Jambi pun, mereka mengatakan segala biaya pendidikan mereka ditempat studi ini, Negara yang menanggungnya. Sebuah mimpi yang sangat indah bila Indonesia, bangsa yang katanya besar dan kaya ini bisa berbuat demikian. Ibarat pungguk merindukan bulan.

Di wilayah barat banyak generasi muda yang putus sekolah, di wilayah tengah banyak didapati generasi muda yang mengalami busung lapar. Di sebelah timur sana, maka banyak ditemukan generasi muda terjangkit virus HIV/AIDS. Yaahh, bangsa kita memang kaya, kaya akan masalah dan kaya akan tokoh-tokoh yang bermental Tikus, licik, culas, jiwa perampok yang sangat kuat dan meng-akut didada mereka. Merekalah para Koruptor, budak syaithan yang masih bisa tersenyum dengan dosa yang telah dilakukan.

Sebagai generasi muda, mari sama-sama bergerak jangan menjadi pribadi yang hanya bisa omdo (omong doank, tereak sana tereak sini) kuliah baik-baik hargai keringat orang tua kita di kampong.. Mari sekarang kita mulai REVOLUSI ini, dengan me-REVOLUSI diri kita, memperbaiki akhlak, terus meningkatkan intelektualitas dan spiritualitas diri. Sehingga kelak anak cucu kita tidak merasakan apa yang saat ini kita rasakan. Pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama. Wallahu a’lam Bishshowwab.[S.M.A.Y.H]

0 Silakan Kritik dan Sarannya ^_^:

Posting Komentar

Katakan Apa Yang Ingin Anda Katakan... ^_^

No Copyright@

Hak Cipta Dilindungi Allah SWT, Bila Ada Salah Kata Mohon Dimaafkan. Lagi Belajar sich ^_^
Diterima Cacian, Makian, Saran dan Kritik
Email: abu.aifah1@gmail.com
CP/Whatsapp :
0821-7816-9560

KPR Non Ribawi Jambi

 

.:: Inspirasi Bang Malik ::. Published @ 2014 by Bang Malik

Blogger Templates