Rabu, 27 Mei 2009

Ketika MR NGOMPOL

Ketika Aktivis tak mampu lagi kritis, ketika ulama tak mampu bersuara dihadapan penguasa, ketika pakar syari’ah menjadi banci, yang kehilangan konsistensi. Ketika kreasi, cara, dan kemaksiatan yang nyata tak lagi berbeda.


Malam Minggu kemarin aku mabit, setelah mengisi kajian untuk binaan-binaanku. Kumpulah semua MR (Murobbi) muda para aktivis dakwah kampus. Sepanjang pemaparan materi Aku merasakan ada yang janggal dari pemateri malam itu. Ustadz ini terus menyinggung jargon-jargon politik dari lawan politik partainya.


Terus terang aku menjadi ilfil dengan beliau. Haruskah ketika membicarakan dakwah didalam Masjid, kita disibukkan dengan materi-materi keduaniawian. Hampir dua tahun menjadi MR, sekalipun ketika mengisi materi aku tidak pernah vulgar membicarakan haluan politikku kepada binaan. Aku hanya memberi mereka materi yang yang bertujuan meningkatkan ruhiyah islamiyah mereka dan penguatan untukku khususnya.


Bukannya aku anti-politik dalam dakwah. Tapi bila kita memang membicarakan politik jangan isinya hanya materi-materi yang berbau kepentingan. Menyentil lawan politik. Apakah seperti itu FIQHUDAKWAH?


Entah kemana haluan perahu yang kata orang-orang didalamnya hanyalah Washilah. Menyindir lawan politik yang sama-sama muslim, seakan-akan diri inilah yang terbaik.


Aku ingin kritis, sangat berbeda sekali kader dakwah yang berhaluan Da’wi dengan Siyasi. Materi malam itu kental sekali berbau politik, sehingga mungkin karena bosan, ada dua orang kader yang mundur kebelakang dan tidur.


Ternyata ini bukan kasus pertama, aku bertanya pada salah satu ikhwah yang juga mengikuti liqo’. Aku curhat sama dia kenapa kok majelis ilmu kita jadi lahan klarifikasi dan menyentil lawan politik ya. Padahal kita orang-orang dakwah. Itulah kalimat ku untuk memulai pembicaraan.


Ikhwan ini pun menjawab, bahwa dia heran juga. Beliau bercerita bahwa MR-nya yang dulu, kalau mengisi Liqo’ tidak pernah ada satu kalimat yang mengarah kepada dunia politik selain kepada penanaman ruhiyah Islamiyah. Sedangkan MR-nya yang di Jambi ternyata sangat berbeda jauh, lebih sering menyinggung politik. Sampai-sampai beliau mengadu pada MR lamanya.


Yahh, aku tidak mau ambil pusing, semoga MR yang suka NGOMPOL di majelis ini segera sadar, bahwa tidak semua kader suka mendengarkan politik. Kalau mau bicara politik silakan cari tempat lain. Karena ada majelisnya sendiri. Jangan egois. Ahhh percuma aku ngomong, karena mereka banyak tau pasti banyak celah untuk merasionalisasi ulahnya tersebut. JANGAN KOTORI LIQO’ KU dengan NAFSU KEPENTINGAN DUNIAWI (Baca: Politik). Wallahu a’lam

0 Silakan Kritik dan Sarannya ^_^:

Posting Komentar

Katakan Apa Yang Ingin Anda Katakan... ^_^

No Copyright@

Hak Cipta Dilindungi Allah SWT, Bila Ada Salah Kata Mohon Dimaafkan. Lagi Belajar sich ^_^
Diterima Cacian, Makian, Saran dan Kritik
Email: abu.aifah1@gmail.com
CP/Whatsapp :
0821-7816-9560

KPR Non Ribawi Jambi

 

.:: Inspirasi Bang Malik ::. Published @ 2014 by Bang Malik

Blogger Templates