Selasa, 12 Mei 2009

Ketika Amal tak lagi Ikhlas

Indonesa adalah negara yang paling sering melaksanakan Pesta Demokrasi, dari Plipres, Pilkada, Pilkades, bahkan didaerah penulis sampai terjadi pemilihan ketua RT yang sifatnya seperti pemilihan yang berskala nasional. Menggunakan TPS hingga kampanye. Hal tersebut terjadi karena saat ini kucuran dana untuk Ketua RT cukup menggiurkan.

Dua tahun atau minimal satu tahun menjelang ajang “pertarungan” pada pesta demokrasi tersebut, maka akan ramailah para kandidat-kandidat yang akan mencalonkan dirinya menjadi calon wakil rakyat ataupun pemimpin rakyat mengadakan amal-amal yang bersifat kolektif langsung.

Mengadakan perlombaan dibidang olah raga dan pendidikan mungkin adalah sebuah cara yang sangat pas untuk menggaet simpati masyarakat. Baik simpati dari peserta sampai simpati dari penonton perlombaan. Disana sang empunya agenda menyampaikan niatan tersebut dengan berbagai dalih, kepiawaian dalam akrobatik dialetik dia gunakan untuk mengambil hati para pendengar. “Setelah sekian lama, masyarakat tidak menyadari betapa pentingnya olah raga, maka dari itu acara ini saya gunakan sebagai bukti kepedulian saya terhadap olah raga negeri ini khususnya provinsi Jambi” begitulah sebait kata madu tetapi berisi racun yang sangat mengerikan.

Penulis tidak bermaksud berprasangkan buruk, tetapi ini realita yang ada. Selama ini penulis menyaksikan sendiri, tingkah polah mereka para elit politik atau keluarga para elit politik yang masa jabatannya tinggal menunggu bulan bahkan hari. Masih ingat dipertengahan tahun 2004 bagaimana Zulkifli Nurdin sebelum masa kampanye dia telah membuat sebua acara yang dikenal dengan ZN II Cup. Sebagai bentuk “kepedulian” terhadap dunia olah raga, katanya. Pertanyaannya, setelah dia berhasil mengecoh masyarakat ZN III Cup entah kapan dilaksanakan. Apakah mungkin karena dia tidak bisa mencalonkan diri lagi? Entahlah, karena niat yang ikhlas hanya pelaksana dan Tuhannya yang tahu.

Dinasti Nurdin (2004-2020)

Masyarakat Jambi mungkin akan mengenal Istilah “Nurdin” disini, bukan Nurdin Halid, ketua PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) yang memimpin lembaganya dari balik jeruji besi, karena tersangkut kasus korupsi Gula. Entah kemana muka bangsa Indonesia, terutama kancah sepak bolanya. Tidak salah Sepak Bola kita selalu berakhir kericuhan, karena dari atas hingga ke Grass Root-nya, semua bermental Preman.

Bila kita menyaksikan di Jambi, ramai tertempel spanduk pada jalan-jalana protokol di kota ini yang berisi sosialisasi seseorang yang akan turun pada pilgub mendatang. Siapakah dia? Hazrin Nurdin adik dari Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin. Berbagai lomba telah dia laksanakan, dari berkerja sama dengan IMI (Ikatan Motor Indonesia), hingga lomba mewarnai antar TK. Pertanyaannya kemana beliau selama ini. Ikhlaskah dari hati kepedulian dan amalnya itu? Entahlah, karena niat yang ikhlas hanya pelaksana dan Tuhannya yang tahu.

Setelah keponakannya berhasil mendapat tampuk kekuasaan sebagai wakil wali kota Jambi, sang adikpun tidak mau ketinggalan. Seakan tidak ingin melepaskan negeri yang sebesar liliput ini. Sebuah prediksi liar penulis dalam kasus ini. Bila Hazrin Nurdin (HN), maju dan menang dalam pilgub nanti, maka hingga 2015 Jambi akan kembali dipimpin oleh keturunan dari Dinasty Nurdin. Dan untuk tataran kota hingga 2018 tentunya masih dikuasai oleh Dinasty Nurdin pula (Sum Indra), karena saat ini Bambang Priyanto, mantan ketua Wisnu Murti ini hanya dijadikan sebagai pembelajaran peta politik kota oleh Dinasty Nurdin, tentunya pada tahun 2013 ketika masa kepemimpinan wali kota habis, tentunya Sum Indra akan maju sebagai Wali Kota, disebabkan mungkin saja dr. Bambang daya fikirnya sudah berkurang lagi pula dia tidak memiliki perahu yang tepat. Dan ketika Sum Indra menang, maka 2018 Jambi masih dikuasai oleh Dinasty ini. Dan begitu pula 2020 HN mungkin masih memimpin ketika periode pertamanya telah usai. Karena menurut UU seorang warga negara hanya diperbolehkan menjadi pemimpin selama dua periode.

Jadi, tidak salah bila mereka para calon kandidat saat ini berlomba mengadakan kegiatan bertopengkan amal dan kepedulian, tetapi sudah ditebak niat disebalik itu semuanya “KEKUASAAN”. Karena ketidak ikhlasan amal dan kepedulian mereka itu tampak jelas, ketika nanti mereka sudah tidak punya peluang lagi untuk berkuasa. Bisa kita lihat ZN saat ini, karena kegiatan rutin yang dia lakukan pada periode pertama kekuasaannya seperti ZN Cup dan lain sebagainya sudah tidak lagi menghiasi jalan protokol dan koran lokal. Yah, begitulah ketika amal tak lagi ikhlas. Wallahu alam. [S.M.A.Y.H]

8 Silakan Kritik dan Sarannya ^_^:

iluvtari mengatakan...

judulnya agak meleset. bukan tak lagi ikhlas, wong sejak awal jg gak ikhlas kok!

Sulthan MaLiK mengatakan...

Judul yang tepat apa ya buk?

mungkin "Tema"-nya kali yang masuk ya? :)

syukron dah ngomen

tari mengatakan...

dinasti nyebelin. hehe

Sulthan MaLiK mengatakan...

huff... cucah dech,,, org mo serius

andika mengatakan...

mari kita rubah frame. afwan tulisan antum ini bisa di anggap kampanye dan pendukung dinasti Nurdin karena begitu antum telah memetakan sampai kapan mereka berkuasa.
seharusnya kalo emang antm bukan pendukung. antm. maka tidak ada keadilan pada dinasti.
potong saja kompas. dan katakan tidak pada dinasti. kita buktikan 2010-2015 bukan milik
dinasti nurdin tapi milik rakyat Jambi.

Sulthan MaLiK mengatakan...

jazakallah atas tanggapan antum akhi....

tapi mungkin bisa antum baca judul dan isi dari tulisan ini... justru maksud tulisan ini adalah supaya menekan bentuk simpati buta masyarakat Jambi terhadap Dynasti ini... supaya masyarakat tau, bahwa mereka hanya dijadikan komoditi oleh Dynasti ini menuju kursi kekuasaan...

ini terbukti, mereka hanya turun ketengah masyarakat, hanya ketika mendekati masa akhir kekuasaan (gawe ZN ketika ingin maju periode ke 2, namun skrg ?), sedangkan HN kita bisa lihat saat ini aksi "Mendadak Peduli" beliau.

jadi dmn statement ana yang menunjukkan bahwa ane mendukung Dynasti ini?

andika mengatakan...

gaya komunikasi teks itu ada yang namanya semiotika. gaya yang seperti ini sebenarnya ada gaya komunikas teks yang mengkiaskan "sesuatu" di atas sesuatu, ada sebuah harapan bagi penulis agar pembaca dapat mengerti "sesuatu" itu.
nah kalo lah saja dikaitkan dengan penulisan ini tidak ada yang salah, hanya paradigma saja yang memandang kita yang berbeda. analisis dalam penulisan bukan berdasar orang yang nulis tapi didasarkan atas siapa yang membaca.
antm teori islam liberal? apa yang sebenarnya mereka jual bukanlah islam tetapi justru kekafiran itu sendiri.
terkait dengan tulisan antm, seharusnya ada gaya penulisan yang tidak perlu di dramatisirkan akan analisis "waktu kekuasaan" tetapi gaya pandangnya haruslah terbalik. yang seharusnya antm tulis adalah pencerdasan politik itu sendiri, bukan kemudian menyerah dengan keadaan, itulah dinasty yang antm maksud. semoga paham
wallahualam
menujuperubahan.multply.com
mampir...

Sulthan MaLiK mengatakan...

seperti yg analisa, itukan hanya analisa liar...

jazzakallah atas kritik en sarannya ^^

Posting Komentar

Katakan Apa Yang Ingin Anda Katakan... ^_^

No Copyright@

Hak Cipta Dilindungi Allah SWT, Bila Ada Salah Kata Mohon Dimaafkan. Lagi Belajar sich ^_^
Diterima Cacian, Makian, Saran dan Kritik
Email: abu.aifah1@gmail.com
CP/Whatsapp :
0821-7816-9560

KPR Non Ribawi Jambi

 

.:: Inspirasi Bang Malik ::. Published @ 2014 by Bang Malik

Blogger Templates