Senin, 06 April 2009

Kena "Tegur" Professor…

Maghrib dan Isya hari ini as usual gue kudu bertindak selaku imam sholat, kebetulan SK Rektor dengan nomor: In.08/R/SK/HM.01/437/2009 tentang pengangkatan honorer pegawai tambahan IAIN STS Jambi dalam sekup Ibadah, jadi itu emang sudah kewajiban yang musti gue penuhin, siap nggak siap pokoknya harus siap.

Seperti hari-hari lainnya, setelah salam gue mimpin wirid dan terkadang juga tidak. Kebetulan hari ini tidak memipin wirid, dan hanya membaca wirid sendiri-sendiri. Gue punya prinsip ketika menjadi seorang Imam sholat, bila ada begitu banyak jama'ah yang masbuk maka membaca wirid bersama-sama dengan suara sedikit dikeraskan tidak gue lakukan, karena derajat orang yang sholat lebih tinggi dari orang yang sedang berdzikir atau membaca wirid, sebab Wirid itu sunnah mu'akkadah sedangkan muslim yang masbuk itu sedang melaksanakan kewajibannya, maka dari itu wirid tidak gue baca dengan keras karena bisa menganggu pendengaran mereka, secara manusiawi, adakah manusia yang bisa khusyuk ketika ada suara lain yang dia dengar ketika sholat ?.

Ada sebuah kisah tentang Ummar Bin Khattab, ra, ketika mereka sedang kongkow bareng Rasulullah SAW dirumahnya. Rasulullah SAW berkata pada para sahabatnya, siapakah disini yang bisa melaksanakan sholat dengan khusyuk ? maka dengan penuh semangat seorang sahabat – Ummar Bin Khattab – yang selalu ingin terdepan dalam hal kebaikan mengacungkan tangannya, sembari berkata " Aku wahai Baginda, karena ketika sholat kekhusyukan itu selalu mudah aku dapatkan ", lalu Rasulullah SAW bertanya, " Apakah engkau bersungguh-sungguh wahai Sahabatku ?" Ummar menjawab "Iya", maka Rasulullah SAW-pun memerintahkan Ummar untuk sholat 2 rakaat. Rasulullah SAW berkata pada Ummar, " Bila engkau benar-benar bisa khusyuk, maka ambillah sorban terbaik milikku ini ", ujar Rasulullah SAW.

Ummar Bin Khattab, setelah berwudhu' lalu masuk kesebuah ruangan yang sepi yang hanya ada dia sendiri didalamnya, dia sholat 2 raka'at, Rasulullah SAW dan para sahabat yang lain menantinya diluar. Agak beberapa lama keluarlah Ummar Bin Khattab dengan wajah sedikit tertunduk, dimata para sahabat lain Ummar dikira telah melaksanakan sholat tersebut dengan khusyuk, karena bagi mereka Ummar lah yang paling semangat dan terdepan dalam hal kebajikan, tentunya akan sangat mudah bagi dia untuk bisa sholat dengan khusyuk.

Rasulullah SAW bertanya kepada Ummar "Bagaimana Sahabatku, apakah engkau berhasil melaksanakan sholat dengan begitu khusyuk", seketika itu Ummar Bin Khattab menangis, sembari berkata " Pada mulanya, aku begitu dekat dengan Allah SWT difikiranku hanya ada Dia semata, tetapi ketika pada tahiyyat terakhir, aku TERINGAT akan SORBAN-mu ya Rasulullah ".

Diatas adalah sebuah kisah, dimana seseorang yang sudah mendapat jaminan syurga saja masih sangat sulit untuk sholat dengan khusyuk, walau ditempat sesepi atau sesunyi apapun, karena ada hati dan fikiran yang bisa membawa kita menerawangan entah kemana, yang mana itu bisa mengganggu konsentrasi sholat kita.

Itu sebabnya gue enggan memimpin wirid ketika Jama'ah dikomplek pegawai IAIN STS Jambi ini kebanyakan yang masbuk, apalagi masyarakat sekitar kampus. Karena ketika gue ngebaca wirid tentunya hal tersebut akan mengganggu jama'ah yang lain, lagipula hingga umur sekian gue belum nemuin hadits yang menyeru untuk memimpin wirid bagi setiap Imam ketika setelah sholat selain riwayat yang berbunyi "aku mendengar setiap habis sholat, Rasulullah SAW membaca Istighfar dan Allahumma Antassalam wa minkassalam, tabarokta ya dzal jallali wal ikrom".

Sang Professor, ketika kami sudah sama-sama menyelesaikan sholat ba'diyah, memanggilku, " Lik, tumben ndak wirid samo-samo, jangan jadi Imamlah kalau ndak mau mimpin Wirid, kagek (nanti) berubah pulak tradisi yang sudah ado ", yes gue menang, itu bathin gue, karena dia menyebut TRADISI, dan tidak menyebut sebuah riwayat yang otentik, namun gue hanya bisa memberi senyum dan berkilah – bener juga sich – " saya sedang batuk pak ".

Ini Professor biasanya ketika dia sholat ke Masjid pas kebetulan gue selalu mimpin wiridan, namun dia tidak pernah ada ketika gue nggak baca wirid, entah kenapa hari ini gue sedikit enggan membaca ayat yang panjang-panjang yang biasanya gue lakuin guna menanti jama'ah lain yang mungkin masih didalam perjalanan, hanya surah Al-baqarah ayat 153-156 serta Al-Fiil, karena niat gue supaya orang-orang yang mendengar peristiwa di Situ Gintung senantiasa mengingat bahwa apa yang ada dimuka bumi ini milik Allah Azza Wa Jalla, dan hak prerogative-Nya lah bila Dia ingin mengambilnya. Allahumma Fighrlahum War Hamhum Wa'a fiihim Wa' fu 'anhum.

Wahai NU, Wahai Muhammiyah, Islam ini tidak akan maju bila kita masih disibukkan dengan Wirid, Kunut, nigohari, nujuhari, dll yang bersifat khilafiyah dan furu'iyah. Marilah kita bersama memajukan Islam ini dengan mengedepankan hal yang paling utama yaitu TAUHID, peng-Esa-an Allah Azza Wa Jalla, sama-sama kita teriakkan, BERSATU DALAM AKIDAH, TOLERANSI DALAM KHILAFIYAH. Jangan sampai anjing-anjing orientalis kaum liberal menertawakan kejumudan yang ada pada kita. Na'udzubillah.

0 Silakan Kritik dan Sarannya ^_^:

Posting Komentar

Katakan Apa Yang Ingin Anda Katakan... ^_^

No Copyright@

Hak Cipta Dilindungi Allah SWT, Bila Ada Salah Kata Mohon Dimaafkan. Lagi Belajar sich ^_^
Diterima Cacian, Makian, Saran dan Kritik
Email: abu.aifah1@gmail.com
CP/Whatsapp :
0821-7816-9560

KPR Non Ribawi Jambi

 

.:: Inspirasi Bang Malik ::. Published @ 2014 by Bang Malik

Blogger Templates